SYAIKH ALI THANTHAWI



Lahir di Damaskus pada tanggal 23 Jumadil Ula 1327 H bertepatan dengan 19 Juni 1909 M. Syaikh Ali Thanthawi adalah seorang ahli sastra dan balaghah yang dikenal dengan keindahan kata-katanya. Keluarganya berasal dari Thanta sebuah kota di Mesir. Namun di abad 19 M kakeknya Muhammad Musthofa melakukan imigrasi dari Mesir menuju Syam. Bila mengacu pada literatur yang ada, dapat disimpulkan bahwa beliau lahir ditengah keluarga yang dipenuhi ilmu dan hikmah.

Ayah beliau Musthofa Thanthawi merupakan ulama kenamaan Syam di masanya. Ibunya adalah saudara kandung Muhibbuddin Al- Khatib seorang tokoh pergerakan dakwah salafiyah di abad ke 20 M. Lingkungan ilmiah inilah yang mendorongnya untuk tekun menuntut ilmu. Salah satu sumbangsihnya terhadap dunia Islam yang paling penting dalam hidupnya adalah misi kampanye krisis Palestina. Misi ini sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Muktamar Islam yang di selenggarakan di Quds pada tahun 1953 M. Misi inilah yang membawanya menjelajahi negeri-negeri Islam hingga Indonesia. Pengabdian tulus terhadap Islam itu mendapat apresiasi dari banyak kalangan di berbagai negara. Dan puncak penghargaan itu berupa anugerah Faisal Award dari kerajaan Saudi yang diterimanya pada tanggal 10-08-1398 H bertepatan dengan 18 Januari 1990 M. 

Selama hidup, beliau telah menulis lebih 15.000 artikel sebagian telah dicetak hingga berulang kali. Keindahan karya beliau terletak pada bahasanya yang mudah dengan tetap mempertahankan konsep philologi sastra arab yang tinggi. Banyak sastrawan yang menilai bahwa beliau termasuk ulama yang sukses membawa ruh sastra ke dalam dunia fiqih sebagaimana Ibnu Qutaibah dalam dunia Hadits.

Sedekah Perasaan

Salah satu teladan hidup beliau adalah kisahnya dalam mendidik anak untuk menjaga adab dalam bersedekah , Syaikh Ali Thanthawi menceritakan dialog beliau dengan anaknya...

Semalam aku melihat anak gadisku mengambil sedikit nasi ditambah dengan beberapa sayur buncis . Ia meletakkannya di atas piring kaleng. Setelah itu ia tambahkan lagi beberapa potong terong, mentimun  dan beberapa butir kacang polong. Selanjutnya ia bergegas keluar rumah. Aku segera mencegat dan bertanya, " untuk siapa makanan ini?" dia menjawab , " ini untuk satpam penjaga rumah, nenek menyuruhku melakukan ini, jawabnya.". Lalu aku berkata : " Coba ambil satu buah piring kaca, letakkan semua makanan ini di atasnya, dan atur letaknya dengan bagus. Setelah itu letakkan piring ini di atas baki, dan sertakan dengannya sendok garpu dan segelas air."

Anak gadisku segera melaksanakan sesuai arahanku dan mengantarkan makanan itu kepada satpam rumah. Saat ia kembali, ia bertanya: " kenapa abah menyuruhku melakukan hal itu? aku menjawab: " Makanan itu sedekah dengan HARTA, sedangkan menyajikannya dengan indah itu adalah sedekah dengan " PERASAAN". Sedekah yang pertama dapat memenuhi perut, sedangkan yang kedua memenuhi hati. Sedekah dengan harta akan menimbulkan perasaan di hati satpam bahwa ia peminta-minta yang kita beri sisa-sisa makanan. Adapun sedekah dengan PERASAAN akan menimbulkan rasa bahwa ia adalah teman akrab kita atau tamu yang kita hormati.

Disana ada perbedaan yang sangat signifikan antara pemberian dengan harta dan pemberian dengan jiwa. Sungguh teladan yang nampaknya sederhana, tapi sangat penting kita amalkan dalam kehidupan. 

Kunci Kebahagiaan

Syaikh Ali Thanthawi mengatakan. " apa itu bahagia? Sumber bahagia itu ada dalam diri seseorang itu sendiri,  bukan dari luar dirinya. Kukatakan kepada kalian, apa kata kunci kebahagiaan?.

Kata kunci kebahagiaan adalah ridha( merasa cukup dan mencintai pemberian Allah). Jika anda ingin bahagia ridhalah dengan pemberiaan Allah. Jika anda ridha anda adalah orang yang berbahagia. Semakin anda banyak menuntut ingin ini dan itu kebahagiaan anda semakin berkurang.( Ali Thanthawi dalam fushul Ijtima'iyah hal 94).

Bedakan dua hal, kunci kebahagiaan dan faktor pendukung hidup bahagia. Rumah nyaman, makanan enak, kasur empuk dan lain-lain adalah sekedar faktor pendukung kebahagiaan bukan kuncinya. Kunci bahagia itu terletak pada diri kita masing-masing. Ridha dengan pemberian Allah dan tidak memaksakan diri untuk meraih sesuatu yang tidak Allah taqdirkan untuknya. Cintailah apa yang kita miliki , niscaya kita mudah untuk bahagia. Mencintai apa yang dimiliki oleh orang lain kiat efektif sulit bahagia.

 



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ADA TAPI LANGKA

العاقل يكفي بالاشارة

KISAH CINTA SUFI YANG MENGGETARKAN