SYAIKH MUTAWALLI ASY-SYA'RAWI


Syaikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi lahir pada 16 April 1911 M di desa Daqadus, Provinsi Daqahlia, Republik Arab Mesir. Kehadiran beliau menjadi sosok yang memiliki arti penting bagi masyarakat Mesir. Hal ini terlihat sejak ia masih kecil yang dibuktikan dengan kepandaiannya, ketekunannya dan ketangkasannya dalam menghafal berbagai syi'ir Arab, hikmah serta matan milik ulama. Beliau juga telah menyelesaikan hafalan Al-Qur'annya pada usia 11 tahun. Ia lulus pendidikan dasar di madrasah yang berlokasi di Zagazig pada 1923 M, lalu melanjutkan pendidikan di sekolah yang sama. 

Ia mendapat tempat khusus di antara rekan-rekannya, hingga terpilih sebagai ketua persatuan mahasiswa dan menjadi ketua perkumpulan sastrawan di Zagazig. Diantara rekan-rekan beliau adalah 
1. Dr. Muhammad Abdul Mun'im Khafaji ( Penyair Thahir Abu Fasya )
2. Prof. Khalid Muhammad Khalid
3. Dr. Ahmad Haikal
4. Dr. Hassan Ghad
Mereka semua adalah guru sekaligus rekan sesama kaum muda yang gandrung dengan sastra Arab. Mereka memperlihatkan kepadanya apa yang mereka tulis. Hal itulah yang menjadi titik kehidupan Syaikh Asy-Sya'rawi.

Syaikh Asy-Sya'rawi tamat dari Al-Azhar tahun 1940 M dengan gelar S1. Lalu beliau mendapat izin mengajar pada tahun 1943 M setelah menyelesaikan pendidikan Master of Art. Ia ditugasi mengajar di Thantha, zagazig, dan selanjutnya di Iskandaria. Setelah pengalaman panjang di negerinya, syaikh Asy-Sya'rawi pindah ke Arab saudi pada tahun 1950 M, untuk menjadi dosen Syari'ah di Universitas Ummu al-Qurra. Beberapa tahun kemudian, ia kembli ke kampungnya.

Kepribadian Syaikh Mutawalli Asy-Sya'rawi

Syaikh Asy-Sya'rawi juga amat cinta kepada keturunan Rasulullah Saw. Ia sering berkunjung ke kawasan Al-Husain ( sebuah wilayah yang banyak di huni dzurriyah Rasul ), rutin berziarah ke makam Sayyidah Nafisah, dan menghadiri majelis Maulid di halaman masjid Al-Husain.

Suatu ketika, dalam sebuah diskusi keagamaan, ia pernah ditanya:" Bagaimana pendapat tuan tentang ziarah ahlul bait dan para wali yang merupakan orang Mesir khususnya orang-orang dari dusun yang bertabarruk kepada mereka?"

Seraya meletakkan tangannya di dada seolah-olah berbicara dengan dirinya, ia menjawab ;" Kami besar sebagai orang dusun. Selama hidup, kami tinggal di lingkungan ahlul bait dan para wali. Orang-orang tua kami, ibu-ibu kami dan saudara kami semuanya tinggal di serambi para wali. Kami tidak melihat kebaikan kecuali dari mereka. kami tidak mengetahui ilmu kecuali di tempat-tempat mereka. Kami juga tidak mengenal keberkahan kecuali dengan mencintai mereka. Kami mencintai mereka, karena mereka berhubungan dengan Allah. Kebaikan datang kepada kami dari orang-orang yang sangat kami yakini bahwa mereka berhubungan dengan Allah.Mereka tidak dikenal kecuali oleh orang-orang yang menerima manhaj( syari'at ) Allah.

Al-Qaradhawi,muridnya saat belajar di Al-Azhar Thantha, memuji gurunya sebagai tokoh yang rendah hati dan luas pemikirannya dalam berbeda pendapat. Sementara Syaikh Umar Hasyim, salah satu petinggi Al-Azhar, menganggapnya sebagai tokoh yang pantas sebagai salah seorang mujaddid ( pembaharu ) abad ke 20.

Syaikh Asy-Sya'rawi menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 17 Juni 1998 di Mesir setelah meninggalkan puluhan karya ilmiah di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Penghargaan yang diterimanya semasa hidupnya di antaranya beliau mendapat gelar Doktor Honoris Causa pada bidang sastra Universitas Manshurah dan Universitas Al-Azhar. Sebagai anggota komite tetap untuk konferensi keajaiban Al-Qur'an dan Sunnah Nabawi. Sampai saat ini, prestasinya terus dikenang oleh ummat Islam di dunia, hingga beliau dinobatkan sebagai Imam Ad-daud, yakni punggawa para Dai. Syaikh Sya'rawi dikenal sebagai ulama yang piawai multidisplin ilmu. Beliau dikenal keahliannya dalam menafsirkan Al-Qur'an. Metode penafsirannya sangat populer dikalangan cendekiawan maupun masyarakat secara luas.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

ADA TAPI LANGKA

العاقل يكفي بالاشارة

KISAH CINTA SUFI YANG MENGGETARKAN