SYAIKH THANTHAWI JAUHARI


Thanthawi  bin Jauhari Al-Mishriy lahir pada 1287 H/1862 M di desa 'Iwadillah, Provinsi administratif Mesir Timur. Sejak kecil, Thanthawi dikenal sebagai anak yang rajin dan sangat mencintai agamanya. Ia berasal dari keluarga petani yang sederhana. Namun demikian, keadaan itu tidak menyurutkan semangat belajarnya untuk menuntut ilmu. Meskipun orang tuanya sebagai seorang petani, akan tetapi ia adalah seorang tokoh agama di daerahnya yang sangat memperhatikan anaknya untuk menjadi orang yang terpelajar dan terdidik. Oleh karena itu, ia menyuruh agar Thanthawi melanjutkan studinya di Al-Azhar Kairo.

Sebagai akademisi, Thanthawi aktif mencermati perkembangan ilmu pengetahuan. Caranya beragam, mulai membaca berbagai buku, menelaah artikel di media massa, hingga menghadiri seminar keilmuan. Dari beberapa ilmu yang dipelajarinya, ia tergila-gila pada Ilmu Tafsir.

Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur'anul Al-Karim adalah bentuk dari kepedulian dan kecintaannya terhadap Al-Qur'an. Dengan kemampuannya ia berusaha menafsirkan Al-Qur'an yang bercorak ilmu pengetahuan yang memang sangat dibutuhkan umat Islam saat ini. Tafsir ini mempunyai penekanan pada tafsir 'ilmi ( Kajian sains atau ilmu pengetahuan ). 

Sejarah Penulisan Tafsir Jawahir

Yang menjadi landasan Syaikh Thanthawi dalam penyusunan tafsir ini adalah pemahaman beliau terhadap umat Islam, kala itu belum terlalu terampil dalam masalah-masalah keilmuan baik yang menyangkut ilmu pengetahuan atau sains maupun tehnologi. Sehingga hal inilah yang mendorong beliau untuk tampil dan menyerukan bahwa Islam juga mampu unjuk gigi dalam perkembangan sains. Karena kegigihannya dalam menciptakan gerakan pembaharuan untuk membangkitkan ghirah umat Islam terhadap ilmu pengetahuan, beliau dijuluki sebagai" Mufassir Ilmu" disebabkan penguasaan keilmuan yang sangat ekstensif dan komprehensif.

Dalam menafsirkan Al-Qur'an Syaikh Thanthawi menyuguhkan dan memberi keterangan berupa gambar-gambar dan penjelasan yang berkorelasi dengan ilmu pengetahuan. Selain itu dalam menafsirkan suatu ayat, beliau murni menggunakan rasionya sesuai kompetensi keilmuan yang dimiliknya, kecuali hanya sedikit mengutip pendapat para ulama. 

Tafsir Jawahir terdiri dari 13 jilid atau 26 juz. Di dalam tafsirnya, Syaikh Thanthawi fokus pada ilmu-ilmu alam ( Al-'ulum al kauniyah atau natural science ) dan keajabiban makhluk. beliau menyatakan bahwa dalam Al-Qur'an amat banyak ayat-ayat yang berbicara tentang ilmu pengetahuan, yang jumlahnya lebih 750 ayat. Beliau juga menganjurkan umat Islam untuk mengkaji dan mengamalkan kandungan ilmu tersebut.

Melalui karyanya, beliau berharap agar Allah Swt memberikan kelapangan hati bagi umat Islam dan memberikan petunjukNya agar lebih terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menguasai ilmu tersebut dengan baik. Di sisi lain, beliau juga berharap agar karya tafsirnya dapat dipelajari, di kaji secara mendalam oleh seluruh umat Islam dan mampu meneguk samudera keilmuan ayat-ayat Al-qur'an. 

Syaikh Thanthawi bin Jauhari Al-Misriy wafat pada tahun 1358/ 1940 M di Kairo Mesir dengan meninggalkan karya di antaranya adalah Jawahir al-'ulum, Al-Qur'an wa  al-'ulum 'al-'asriyah, Al-Nizam wa al Islam, Al-Taj wa Murassa, Nizam al-'alam wa al-Umam, Aina al-Insan. Karya beliau sudah memberi kontribusi tinggi kepada dunia tafsir modern dan memiliki pengaruh kuat hingga saat ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ADA TAPI LANGKA

العاقل يكفي بالاشارة

KISAH CINTA SUFI YANG MENGGETARKAN