MERDEKA BELAJAR DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dalam Islam belajar memiliki dimensi tauhid yaitu dimensi dialektika horizontal dan ketundukan vertikal. Dalam dimensi dialektika horizontal belajar dalam Islam tak berbeda belajar pada umumnya, yang tak terpisahkan dengan pengembangan sains dan tehnologi. Menggali, memahami dan mengembangkan ayat-ayat Allah SWT. Pengembangan dan pendekatannya secara lebih dalam dan dekat sebagai Rabb Al Alamin. Dalam kaitan inilah, pendidikan hati ( qalb ) sangat dituntut agar membawa manfaat  yang besar bagi ummat manusia. dan juga lingkungannya, bukan kerusakan dan kedzaliman . Dan ini merupakan perwujudan dari ketundukan vertikal. 

Dalam perspektif Islam juga mencakup lingkup kognitif ( domain cognitive ), lingkup afektif ( domain afektif ) dan lingkup psikomotorik ( domain motor skill ). Tiga ranah tersebut sering diungkap dalam Islam dengan istilah ilmu alamiah, ilmu ilmiah, dalam jiwa imaniah. Dengan demikian untuk apa belajar? belajar adalah untuk memperoleh ilmu, untuk apa ilmu? untuk dikembangkan dan diamalkan, demi kesejahteraan ummat manusia dan lingkungan yang aman sejahtera berdasarkan pertanggung jawaban moral.

Esensi merdeka belajar adalah merdeka dalam berfikir, baik secara individu maupun secara kelompok, sehingga bisa melahirkan peserta didik yang kritis, kreatif, kolaboratif, inovatif dan partisipatif. Menurut Hamka, ada dua prinsip dasar yang dapat menunjang dan menjadikan kemajuan serta kejayaan manusia, yaitu: prinsip keberanian dan prinsip kemerdekaan berpikir. Kedua prinsip ini menimbulkan berbagai macam pengetahuan. Tanpa keduanya, ilmu pengetahuan tidak pernah muncul serta kejayaan hanya ada dalam angan dan bayangan.

Prof.Mahmud, mengatakan, merdeka belajar sejalan dengan pendidikan Islam. Dalam Hadits disebutkan, menuntut ilmu adalah fardu atas setiap muslim ( HR.Bukhari ), Selama untuk kepentingan ilmu, dimana saja maka harus diambil. Dalam Hadits lain juga disebut " Uthlubul ilma walau bisshin" Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina. Artinya, menggambarkan bahwa belajar itu boleh dimana saja. Maka, Merdeka belajar sinkron dengan konsep belajar Islam.

Sejak awal, Islam sudah memerdekakan proses pencarian ilmu. Belajar bisa dilakukan dimana saja, tidak hanya di satu tempat. Merdeka dalam belajar adalah merdeka memilih.  Peserta didik merdeka memilih materi yang hendak dia pelajari dengan guru yang sesuai dengan pilihannya. Merdeka memilih tempat dimana dia belajar. 

Jadi, dalam perspektif Islam, merdeka belajar itu harus berangkat dari keyakinan teologis ( tauhid ) yang memerdekakan diri pembelajar. Keyakinan teologis ini berimplikasi kepada sikap kritis bahwa sumber kebenaran ilmu, baik melalui proses pembelajaran maupun pengalaman empirik, berasal dari Allah SWT. Merdeka belajar dalam Islam merupakan spirit untuk memenuhi rasa ingin tahu ( kuriositas) dan rasa ingin ma'rifatullah ( mengenal Allah ), disamping rasa ingin menguasai dan mendalami ilmu pengetahuan dan keterampilan tanpa dibatasi sekat-sekat jurusan dan keprodian. 

Tahapan pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, mengamalkannya dan kemudian menyebarkannya (Sufyan bin Uyainah ).

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ADA TAPI LANGKA

العاقل يكفي بالاشارة

KISAH CINTA SUFI YANG MENGGETARKAN