KENANGAN DI PESANTREN

Ketika pertama kali memasuki pondok pesantren dengan sekelumit kegelisahan hati meninggalkan rumah, orang tua, dengan dunia baru, tanpa teman, tidak ada TV, handphone, serta musik yang biasa didengar di rumah tiba - tiba ada tempat yang penuh dengan hiruk pikuk pengajian, jadwal yang melebihi 24 jam, mengaji, belajar dan belajar. Semua sudah tertata rapi, pembagian kelas serta pembelajaran wajib dan sunnah menjadi pilihan semua santri dalam belajar. Menjadi santri tidaklah mudah, perlu perjuangan dan pengorbanan. Berjuang melawan rasa malas dalam menuntut ilmu dan beribadah. Mengorbankan perasaan rindu kepada orang tua.

Bangun sebelum subuh, mengaji subuh, lanjut mengaji kitab dari pagi, jeda sekolah berlanjut sampai malam tiba. Setoran hafalan menjadi sesuatu yang luar biasa, bagi anak yang tak terbiasa dengan seabrek kegiatan pesantren. Semuanya menjadi sesuatu yang menyeramkan jika diceritakan kepada mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan pesantren. Semua rutinitas tersebut akan menjadi sebuah kenikmatan ketika  dijalankan dengan kesabaran dan ketekunan. Di pesantren, keberagaman adalah sikap. Ia bukan hanya sebatas pikiran, tanpa perbuatan nyata. Bukan sekedar omong kosong tanpa realisasi. Keyakinan harus diterjemahkan kedalam sebuah aktifitas. Keimanan harus membumi bukan melangit menjadi perbuatan - perbuatan baik. 

Kenikmatan ilmu bisa kita lihat setelah keluar dari pesantren. Begitupun hikmah yang bisa diambil dari berbagai kehidupan yang ditemui pasca mengenyam pendidikan di pesantren. Belajar di pesantren tetaplah menjadi cerita indah yang tak kan sirna di telan waktu. 

Pesantren ku...
Pesantren, tugasmu belum usai,
Dari rahimmu lahir pencerah-pencerah negeri,
Dari dirimu terpancar sinar-sinar ilahi,
Dari dirimu kemanusiaan dan ketuhanan, melebur 
Menjadi sosok panutan,
Kau bak mata air bening yang mengalirkan hidayah
Dan pencerahan ilahi yang tak bertepi,
Pesantren ku
Islam kau Indonesiakan, Indonesia kau pancasilakan
Pancasila kau Islamkan
Jiwa ragamu merah putih, Semangatmu Allahu Akbar
Kau benar-benar Indonesia,
Pesantren ku
Keragaman Indonesia kau mulyakan
Jatidiri bangsa kau bela hingga akhir nafasmu,
Islam Indonesia kau bahanakan
Menggelegar kepelosok nusantara
Menggema di saantero negeri
Pesantren ku
Kau tak pernah silau, tak pernah tertipu oleh tawaran
Kebahagiaan sunyi
Dari sampah-sampah simbolisme visual,
Yang tercerabut dari akar realitas
Yang meninabobokan,
Kau istiqamah memiliki kesederhanaan,
Kesederhanaan hakiki yang membahagiakan,
Kebahagiaan yang di ridhoi 
Oleh yang maha sederhana,
Pesantren ku,
Air mata benih itu terus mengalir mencerahkan,
Mencahayakan hakekat kearifan
Kau penjaga gawang nasionalisme negeri ini,
Kau perawat budaya luhur bangsa ini
Kau pembimbing suci keimanan ummat ini,
Kau tak goyah dihempas badai globalisasi
Tak lekang oleh panas,
Tak lapuk oleh hujan
Karena ayat-ayat suci dan sunnah Nabi selalu menjadi
Tarikan nafas sucimu,
Pesantren ku
kau tak boleh sembunyi di lorong-lorong sunyi
Peradaban dan terkurung oleh ruang dan waktu,
Kau tak boleh menjadi penonton cemburu
Kau harus bertengger di pusaran peradaban,
Karena hakekatnya, kau adalah peradaban itu sendiri, 
Pesantren ku
Kau harus menjadi pengendali peradaban,
Teguh tak menyerah nafaskan Islam Indonesia
Sumbangsihmu tak terbilang, walau bagianmu
Terbatas,
Karena keikhlasanmu tak berujung
Darah, nyawa telah kau hibahkan untuk 
Memerdekakan,
Kau harus mengisi kemerdekaan
Tunjukkan jati dirimu
Cahayakan kebenaran
Tugasmu belum usai 
Pesantren ku,
" Pesantren Tanpa Tanda Titik". By Kamaruddin




 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

ADA TAPI LANGKA

العاقل يكفي بالاشارة

KISAH CINTA SUFI YANG MENGGETARKAN